Sabtu, 07 Juni 2008

Mengenal Diri dan Prestasi

MENGENAL DIRI DAN PRESTASI
“Orang akan meraih prestasi paling besar,
manakala ia sukses mengenali dirinya”
( Sayidina Ali, Tafsir Mizan, 6:173)

“Orang yang memiliki pengetahuan alam semesta,
tetapi tidak mengenal dirinya sendiri sama saja dengan tidak tahu apa-apa"
(Jean De La Fontaine, 1679; dalam ‘Ledakan EQ’, 2002:73)

1. Memahami Konsep Diri
Self-concept (konsep diri) merupakan tema utama dari filsafat humanistic, yang dapat dilacak sampai William James yang membedakan aku sebagai The I, dan aku sebagai The Me. (Jalaludin Rakhmat, 2000: 99). Aku sebagai The I adalah diriku sebagai peneliti yang sadar dan aktif dalam meneliti dan mencari ilmu. Sedang aku sebagai The Me adalah diriku ketika menjadi objek untuk diteliti dan difahami. Hal ini memeiliki arti bahwa manusia sedang berusaha memahami manusia itu sendiri.
Yang paling mengasyikkan dan paling seru adalah ketika The I dan The Me berpadu dalam diri saya, ini berarti bahwa ‘saya sedang belajar memahami diri saya sendiri’.
Ketika kita memahami diri sendiri, kita mulai memberikan gambaran dan penilaian tentang diri sendiri. Berikut ini dialog batin yang terjadi ketika kita berusaha memahami diri sendiri :
“Bila saya pikir secara mendalam, sebenarnya saya ini pandai. ….pandai, sekali lagi pandai. Betul, saya ini adalah orang pandai. Orang lain boleh ragu mengenai hal ini, tapi untuk sementara biarkanlah tak perlu banyak orang tahu. Bukan saatnya orang lain tahu tentang kepandaian yang saya miliki. Tunggu tanggal mainnya, akan saya buktikan”. Yang paling penting, saya suka pada diri saya sendiri, dan saya sangat menyukainya.”

Ketika Anda memberikan gambaran dan penilaian tentang diri Anda sendiri, saat itulah Anda memasuki pembicaraan mengenai self-concept (konsep diri).
Konsep diri (self-concept) adalah pandangan pribadi yang menyeluruh mengenai diri sendiri. Ia merupakan cara pandang internal yang berkaitan dengan kemampuan pribadi (personal competence). Anita Taylor et all. mendefinisikan konsep diri sebagai berikut :
“all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitude you hold about you self”. (Jalaludin Rakhmat, 200:100)
Konsep diri adalah :“semua yang Anda fikirkan dan Anda rasakan tentang diri Anda sendiri. Segala sesuatu yang kompleks mengenai keyakinan dan sikap Anda tentang diri Anda”.
Melihat definisi di atas, terdapat dua komponen konsep diri : Pertama, komponen kognitif, dan kedua komponen affektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self-image), dan komponen affektif disebut harga diri (self-esteem).

Self-image (Citra Diri) :
Komponen kognitif (citra diri), berkaitan dengan pandangan tentang siapa diri Anda yang sebenarnya. Citra diri, berkaitan dengan bagaimana Anda menggambarkan dalam benak tentang diri Anda sendiri. Misalnya : ’saya ini pandai”, “saya pasti bisa”.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan seseorang sangat dipengaruhi oleh caranya ia membentuk citra diri bagi dirinya sendiri. Bila ia memiliki gambaran mental tentang dirinya (self image) secara negative, maka gambaran negative inilah yang akan terwujud. Citra diri negative akan mempengaruhi kekuatan potensi diri yang ada, bahkan dapat melumpuhkan berbagai kecerdasan yang dimilikinya. Sebaliknya , bila ia membentuk citra positif tentang dirinya, maka kekuatan pencitraan yang positif ini akan mempengaruhi jiwa dan pikirannya secara positif pula. Sehingga citra diri yang positif akan menjadi energi penggerak berbagai kecerdasan dalam diri untuk mewujudkan apa yang ada dalam fikirannya.
Anda adalah apa yang ada dalam citra diri Anda sendiri. Bila Anda membangun citra negative dalam diri sendiri, maka hilanglah rasa kepercayaan diri, tumbang pula semangat untuk meraih prestasi (achievement). Ungkapan : ‘saya ini bodoh’, ‘saya ini orang gagal’, ‘saya tidak mampu’, ‘saya ini jelek’, dan lain sebagainya merupakan citra diri negative yang dibangun oleh Anda sendiri. Dan pada ahirnya “Apa yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan”, kata Bobbi DePoter dalam Quantum Learning.
Anda memiliki citra diri positif, jika Anda berfikir dan berkata pada diri Anda sendiri bahwa ‘saya ini bisa’, .saya mampu’, ‘saya akan sukses’, dan lain sebagainya. Citra positif, akan membimbing Anda menjadi percaya diri untuk melakukan suatu tindakan, dan selalu termotivasi untuk meraih kesuksesan. “Jika Anda berfikir bahwa Anda bisa atau tidak bisa., Anda benar”, kata Henry Ford yang dikutif Gordon (2000:272). Maksudnya, bila Anda berfikir bahwa Anda bisa dan mampu untuk melakukan sesuatu, maka Anda benar akan ‘bisa’ dan ‘mampu’ melakukannya. Sebaliknya, bila Anda berfikir bahwa Anda ‘tidak bisa’ atau ‘tidak mampu’, maka Anda pun benar sehingga Anda menjadi ‘tidak mampu’ dan ‘tidak bisa’ melakukannya. Anda adalah apa yang Anda citrakan pada diri Anda sendiri.
Dalam dunia pendidikan modern, ‘citra diri’ mejadi sorotan utama untuk dikaji dan diterapkan dalam proses pembelajaran. Para praktisi Accelerated Learning, Quantum Learning, The Revolution of Learning, dengan berbagai Super Camp-nya, ‘citra diri’ menjadi asumsi utama dalam meningkatkan pembejaran yang cepat dan efektif. Gordon Dryden (200:107) menjelaskan bahwa “Dalam setiap system yang terbukti berhasil –yang kami pelajari di seluruh dunia- citra diri ternyata lebih penting daripada materi pelajaran”.
“Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam gambaran mental Anda. Imej internal Anda akan mempengaruhi berbagai emosi, perilaku, sikap Anda, dan bahkan juga bagaimana orang lain berinteraksi dengan Anda. Pengembangan self-image yang positif menjadi bagian yang sangat penting dalam mengubah cara berfikir Anda dan kemudian dalam mengubah hidup Anda.” Brian Tracy (2005:50)

Al-hamdu Lillah, Yes, I Can
If you think are beaten, you are
If you think you dare not, you don`t
If you like to win, but thik you can`t
It`s almost certain you won`t

If you think you`ll lose, you`re lost
For out in the world we find
Success begins with a fellow`s will
It`s all in the state of mind

If you think you are outclassed, you are
You`ve got to think high to rise
You`ve got to be sure of yourself before
You can ever win a prize

Life`s battles don’t always go
To the stronger or faster man
But sooner or later, the person who wins
Is the one who think and say : Yes I Can !

Alhamdu Lillah, Aku Bisaaa !
Bila Anda berfikir Anda kalah, Ya Anda kalah
Bila Anda berfikir Anda tidak berani, ya Anda tidak berani
Bila Anda ingin menang, tapi berfikir bakal tidak menang
Hampir dipastikan Anda bakal tidak menang

Bila Anda berfikir Anda bakal gagal, sesungguhnya Anda telah gagal
Sebab di dunia telah kami temukan
Bahwa sukses dimulai dengan keinginan seseorang
Semuanya itu masalah cara berfikir

Bila Anda berfikir Anda disisihkan, ya Anda tersisihkan
Anda harus berfikir tinggi untuk menjulang
Terlebih dahulu Anda harus yakin pada diri sendiri
Sebelum Anda mendapatkan piala

Perjuangan dalam hidup ini tidak selamnyadimenangkan
Oleh mereka mereka yang kuat dan cepat
Tetapi cepat atau lambat, orang yang menang itu
Adalah mereka yang berfikir dan berkata : Ya, aku bisa… !


Self-esteem (Harga Diri) :
Penghargaan diri (self esteem), menyoal apakah Anda menyukai diri Anda sendiri, atau sebaliknya ? Menurut Steven J. Stein, Phd. (2002:115) “Penghargaan diri merupakan kemampuan untuk menghormati dan menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik”. Menurut definisi ini, penghargaan diri terdiri dari menghormati diri, mengakui dan menerima diri sebagai mana adanya, mensyukuri atas segala kelebihan diri, dan segera memperbaiki berbagai kelemahan.

Hubungannya dengan dunia pendidikan, self esteem menjadi asumsi dasar Quantum Learning ala Bobbi DePorter. Menurutnya, semangat belajar seseorang akan meningkat bila memiliki self esteem yang tinggi. Bobbi DePorter berasumsi bahwa siswa yang memiliki self esteem yang positif, dapat belajar dengan cepat dan efektif, sehingga meraih prestasi tinggi. Sehingga dia mengatakan (1999:8) :Dan kami yakin bahwa kehormatan diri yang tinggi adalah material penting dalam pelajar yang sehat dan bahagia”. Banyak cara untuk memproleh keberhasilan dalam kehidupan, banyak jalan untuk sukses dalam belajar, dan banyak pula gagasan untuk melakukan perubahan. “Akan tetapi yang paling penting : setiap perubahan arah pendidikan yang positif yang telah kami teliti di seluruh dunia selalu dimulai dari penghargaan diri –atau citra diri”, kata Gordon Dryden (2003 :281)

Self-esteem (harga diri) merupakan inti reactor kepribadian Anda. Self-esteem adalah sumber energi yang menentukan tingkat percaya diri (self-confidence) dan antusiasme Anda. Semakin Anda menyukai diri sendiri, semakin mencintai profesi sendiri, semakin menyukai identitas diri sendiri, semakin tinggi pula menentukan sasaran hidup yang lebih besar dan Anda cenderung lama untuk bertahan dalam memperjuangkan pencapaian sasaran hidup tadi. Maksud yang lebih lugas, adalah bahwa orang yang memilki self-esteem yang tinggi, ketika potensinya dikembangkan maka kemampuan dan kreativitasnya nyaris tak dapat dibendung.

2. Konsep Diri dan Pengembangan Potensi Diri
Mungkin teobosan terbesar yang pernah ditemukan orang dalam bidang potensi manusia pada abad ke-20 adalah ditemukannya self-consept. Seperti dikatakan Brian Tracy (2005:40), teori ini mengatakan bahwa “setiap orang akan mengembangkan berbagai keyakinan tentang dirinya sendiri dimulai sejak lahir”. Kemudian ia melanjutkan : “Self-consept Anda kemudian akan menjadi program master yang menggerakkan computer bawah sadar Anda, menentukan apa saja yang Anda pikirkan, yang Anda katakan, yang Anda rasakan, dan yang Anda lakukan. Oleh karena itulah, semua perubahan yang terjadi pada kehidupan lahiriah Anda dimulai dari perubahan self-consept Anda.”
“Segala apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda, semua apa yang Anda yakini dan Anda rasakan tentang diri Anda, akan terekam dalam hard-drive kepribadian Anda. Hukum korespondensi membuat tingkah laku nyata Anda, akan selalu konsisten dengan self-consept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu , segala perkembangan yang terjadi dalam kehidupan Anda harus dimulai dari perkembangan di dalam self-consept Anda” (2005:45). Inilah yang beliau maksud dengan change your thinking, change your life.

Selain citra-diri dan harga-diri, Brian Tracy (2005:48) menambahkan bagian dari konsep diri, yaitu self-ideal. Self-ideal terdiri dari semua harapan, visi dan misi, serta idaman Anda. Self-ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, prestasi dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang Anda inginkan. Self-ideal Anda akan secara terus menerus mengingatkan Anda bahwa Anda sebenarnya dapat menjadi orang yang lebih baik daripada yang ditunjukkan sekarang.
Self-ideal bertentangan dengan Ketidakberdayaan yang dipelajari. Menutur Paul G. Stoltz (2005:75-80), ketidakberdayaan yang dipelajari “merupakan hambatan definitif bagi pemberdayaan”. Lalu apa yang dimaksud dengan ketidakberdayaan yang dipelajari itu ? Ketidakberdayaan yang dipelajari adalah sikap “menginternalisasi keyakinan bahwa apa yang Anda kerjakan tidak ada manfaatnya”. Gambaran verbal dari ketidakberdayaan yang dipelajari, misalnya : ‘Tidak ada gunanya lagi saya belajar seperti itu’, ‘hal ini pasti buat saya tidak berguna’, ‘buat apa belajar lagi, cukup saja seperti ini’. Ketidakberdayaan yang dipelajari membuat orang mencukupkan diri pada prestasi yang diraihnya, dan terbatas hanya sampai disitu. Padahal, jika dikembangkan lagi, secara potensial, besar kemungkinan prestasinya akan bertambah.
Self-ideal, selalu membimbing agar terus menerus dapat mengembangkan potensi yang Anda miliki. Sekali lagi, self-ideal Anda akan secara terus menerus mengingatkan Anda bahwa Anda sebenarnya dapat menjadi orang yang lebih baik daripada yang ditunjukkan sekarang.

Change Your thinking, change your life
When you change your thinking (perubahan cara berfikir)
you change your beliefs (perubahan keyakinan)
When you change your beliefs
you change your expectations (perubahan harapan)
When you change your expectations
you change your attitude (perubahan sikap)
When you change your attitude
you change your behavior (perubahan tingkah laku)
When you change your behavior
you change your performance (perubahan kinerja)
When you change your performance
You change your destiny (perubahan ‘nasib’)
When you change your destiny
You change your life (perubahan kehidupan)


Konsep Diri yang Negatif
Mneurut Brian Tracy, :”Kepercayaan yang terburuk yang mungkin dapat Anda miliki adalah kepercayaan-kepercayaan yang bersifat self-limiting belief.” (2005:47). Self-limiting belief adalah kepercayaan yang membatasi diri. Kepercayaan yang termasuk jenis ini adalah apa saja yang Anda yakini bahwa Anda serba terbatas, terkungkung dalam ketidak berdayaan, merasa tidak mampu, tak kuasa, banyak gagal, dan jenis-jenis keterbatasan lainnya. Kepercayaan-kepercayaan ini jarang mengandung kebnaran. Namun, bila Anda menganggapnya sebagai sesuatu yang serius dan sebagai kebenaran yang lahir dari fikiran utama Anda, maka kepercayaan itulah yang akan menjadi kenyataan bagi Anda.
Kriteria orang yang memiliki konsep diri negative antara lain sebagai berikut :
a. Tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang dirinya. Ia kurang memahami siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurang yang ada padanya.
b. Memiliki pandangan dirinya yang terlalu kaku sehingga sulit untuk berubah. Ia bersikap defend, menutup diri, sulit untuk mengubah konsep diri, karena konsep diri yang dibangunnya sudah di anggap mapan dan benar
c. Lebih banyak menlihat kelemahan/kekurangan diri ketimbang kekuatan dan kelebihan yang dimiliki.

Konsep Diri yang Positif
Seseorang memiliki konsep diri poritif bila memiliki criteria sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang dirinya, memahami kekuatan-kekuatan potensi diri yang dimilikinya
b. Menghormati, menerima diri apa adanya, tidak sombong dengan kelebihan, terus berusaha mengembangkan kelebihan. Tidak merasa rendah diri dan kecewa dengan adanya kekurangan, sembari tetap berusaha memperbaikinya
c. Bersikap opensif, memiliki kesadaran tinggi untuk selalu melakukan perubahan.
Pengetahuan tentang diri secara menyeluruh, akan mengarahkan kita untuk bersikap opensif, berjiwa besar dan berpikir positif, dengan kata lain akan memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif, dapat diperluas dengan kepemilikan berbagai kemampuan :
· Adaptasi yang tinggi, keluwesan dalam menghadapi berbagai kondisi yang selalu mengalami perubahan.
· Inovasi, mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan dan informasi baru, dengan tetap menjaga kestabilan diri serta memiliki tanggungjawab dan komitmen yang kuat atas diri pribadi.
· Inisiatif, kesiapan untuk selalu memanfaatkan kesempatan dengan baik untuk meraih keberhasilan.
· Optimisme, kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita, memiliki komitmen (keteguhan) dengan cita-cita tersebut disertai dengan ketangguhan dalam perjuanagan meraih cita-cita.
· Mental juara (achievement), dorongan kuat untuk berprestasi sehingga terus berpacu untuk menjadi lebih baik dalam memenuhi standar keberhasilan.

3. Mengenal Diri untuk Meraih Pretasi
Lalu apa hubungan semua ini dengan prestasi ? Anda mampu mengetahui tentang jati diri yang Anda miliki; mampu menghargai diri dengan menghormati diri apa adanya; mampu mensyukuri kelebihan dan memperbaiki kekurangan, itulah sebuah prestasi. Prestasi ini akan menjadi fondasi bagi bangunan prestasi-prestasi lain yang segera akan menyusul berikutnya. Saya sangat yakin atas pernyataan Sayidina Ali kw. seperti dikutip di atas bahwa : “Orang akan meraih prestasi paling besar, manakala ia sukses mengenali dirinya” ( Tafsir Mizan, 6:173)
Mengenal diri, baik melalui pendekatak religi (agama) maupun psikologi, akan mengantarkan kita kepada pemahaman emosi dan konsep diri. Mengenal diri menjadi syarat utama menuju kepada kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi inilah yang menjadi pondasi pembentukan konsep diri yang positif. Steven J. Stein, Phd. (2002:115) menegaskan “Pengetahuan adalah kekuatan- dan pengetahuan diri adalah kekuatan terbaik untuk mewujudkan keberhasilan dalam mengendalikan emosi”.
Tingkat pemahaman seseorang tentang dirinya, akan mempengaruhi pada pemahaman emosi dan konsep diri. Konsep diri positif dan kondisi emosi positif, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil riset para ahli, akan mememberikan sumbangan besar dalam meraih prestasi yang memuaskan, baik prestasi akademik maupun non akademik.
Dalam dunia pendidikan, emosi sangat berpengaruh atas proses pembelajaran. Emosi negative akan mempengaruhi kerja otak neokortek (otak belajar) menjadi turun bahkan berhenti. Dan sebaliknya, emosi positif akan mempengaruhi kerja otak neokortek untuk aktif dalam belajar dan bahkan lebih kreatif secara tak terduga.
Dengan uraian singkat di atas, secara teoritis memberikan penjelasan bahwa pengetahuan diri sangat membantu dalam mengantarkan seseorang pada tingkat kesadaran. Kesadaran kemanusiaan, kesadaran jati-diri, dan kesadaran emosi. Memahami kesadaran (kemanusiaan, jati-diri, dan emosi) secara benar sangat berpengaruh pada pembentukan konsep diri. Konsep diri yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence). Suatu tindakan (belajar atau bekerja) yang disertai dengan percaya diri akan menghasilkan prestasi yang optimal.
Bila tidak mengenal diri, ilmu segudang apapun menjadi tidak bermakna. Sekedar untuk mempertegas, kutipan di atas akan dituliskan kembali di sini, bahwa “Orang yang memiliki pengetahuan alam semesta, tetapi tidak mengenal dirinya sendiri sama saja dengan tidak tahu apa-apa".
Mahatma Ghandi (1869-1948) dalam bukunya ‘My Religion’ sebagamana dikutip oleh Dr. Ali Syari`ati (1990:156) mengatakan: “Ada relitas tunggal di seluruh dunia ini, yaitu pengetahuan tentang diri. Siapa yang mengenal dirinya akan mengenal pula Tuhan dan segala ciptaan-Nya. Siapa yang tidak punya pengetahuan semacam itu, ia tidak mempunyai pengetahuan apa-apa. Dunia ini hanya ada satu kekuatan, satu jenis kemerdekaan, dan satu bentuk keadilan, yaitu kuasa untuk mengendalikan diri. Siapa yang mampu menguasai dirinya, akan mampu menguasai dunia”.
Orang dianggap tidak memliki kearipan, keadilan, kemerdekaan, bahkan pengetahuan, manakala ia tidak memiliki pengetahuan diri yang memadai. Dan seseorang tidak akan mampu membimbing orang lain, bila ia tidak mampu mengenali dan menguasai dirinya sendiri. Orang tidak akan mampu melakukan perubahan apapun jika ia tidak mampu melakukan perubahan sikap mental dirinya sendiri.
Dalam Al-Quran (13:11) Allah SWT telah mengingatkan kita bahwa “Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa-apa yang terdapat dalam diri mereka sendiri”. Banyak hal dan misteri mengenai ‘apa-apa yang terdapat dalam diri’. Paling tidak, adalah sikap mental yang menghimpun nilai-nilai yang dihayati, gagasan-gagasan cemerlang, dan iradah atau kehendak untuk mewjudkan berbagai gagasan positif.
Alur hubungan antara mengenal diri dan prestasi, secara garis besar dapat disimpulkan pada diagram alir berikut :

Mengenal diri melalui Pendekatan Agama (Religi) dan Psikologi, menghhasilkan:
· Kesdaran Kemanusiaan
· Kesadaran jati-diri
· Kesdaran Emosi
Dari ketiga domain di atas terbentuklah Konsep Diri (self-consept) dan Percaya Diri
(self-conpidence) yang pada titik puncaknya mewujudkan Revolusi Diri dan Prestasi


Dengan memahami diri, mengenal pula tentang konsep diri. Konsep diri meniscayakan untuk segera manyadari dan menghargai diri. Penghargaan diri (self esteem) yang tinggi membangkitkan semangat berprestasi. Dengan modal anugerah Tuhan dalam bentuk berbagai kecerdasan, manusia mampu mengelola potensi dirinya, mampu memanfaatkan fungsi-fungsi mentalnya, sehingga terjadilah suatu ledakan yang menakjubkan, revolusi diri. Bom revolusi diri menguak berbagai kecerdasan yang masih tersembunyi dan misteri. Bias revolusi diri merambat ke dalam setiap elemen kehidupan manusiawi. Kini hijab diri tersingkap, berbagai kecerdasan telah nampak, sebahagian besar misteri diri menjadi terungkap.
Dengan semangat revolusi diri, semuanya akan mengalami peberubahan yang dahsyat. Prestasi yang diraih bukan saja ilmu pengetahuan husuli (ilmu yang dicari), bahkan ilmu hudhuri (ilmu laduni, ilmu yang hadir sendiri) bila memiliki ‘hati nurani’ yang suci. Hati nurani yang suci selalu merindukan ilmu, dan kerinduan pada ilmu merupakan ciri khas bagi kelompok ‘pembelajar sejati’.